HOME

Sabtu, 09 Juli 2011

JURNAL KOROLARI

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah (PP) Nomor 24 tahun 2005, menggunakan basis modifikasi kas menuju akrual (cash toward accrual). Basis ini mengharuskan penyajian asset, kewajiban, dan ekuitas dengan basis akrual, sedangkan pendapatan, belanja dan pembiayaan menggunakan basis kas. Aset, kewajiban dan ekuitas merupakan unsur neraca sedangkan pendapatan, belanja dan pembiayaan merupakan unsur Laporan Realisasi anggaran (LRA). Dengan kata lain, Neraca disajikan dengan basis akrual dan Laporan Realisasi Anggaran disajikan dengan basis kas.

Dalam sebuah pertemuan sebelum basis ini dipilih, Prof. Dr. Bambang Sudibyo, Mendiknas (Kabinet Indonesia Bersatu), yang saat itu masih duduk sebagai anggota Komite Pengarah dan Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah, mempertanyakan bgaimana teknis pencatatan basis ini dapat dilaksanakan. Komite menjelaskan bahwa secara teknis basis ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan “Jurnal Korolari”. Basis tersebut dipilih harus dengan teknis korolari-nya. Akan tetapi dalam ASP tidak ada uraian mengenai Jurnal Korolari ini. Alasannya, bahwa urusan jurnal-menjurnal merupakan bagian dari system akuntansi bukan standar akuntansi.

Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran merupakan laporan-laporan yang saling berhubungan. Pendapatan yang merupakan isi Laporan Realisasi Anggaran didefinisikan sebagai semua penerimaan rekening Kas Umum Negara/Daerah yang menambah Ekuitas Dana Lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Selanjutnya belanja yang juga menjadi isi Laporan Realisasi Anggaran didefinisikan sebagai semua pengeluaran dari rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi Ekuitas Dana Lancar dalam periode tahun anggraran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Ekuitas dana Lancar merupakan unsur neraca sehingga pendapatan dan belanja seharusnya langsung mempengaruhi Ekuitas Dana Lancar dalam neraca. Akan tetapi penerimaan pendapatan dan pengeluaran belanja berdasarkan basis kas hanya mempengaruhi jumlah kas tetapi tidak secara langsung mempengaruhi Ekuitas Dana Lancar. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa akun-akun pendapatan dan belanja merupakan akun pembantu Ekuitas Dana Lancar. Penerimaan pendapatan dicatat terlebih dahulu dalam akun pendapatan dan pengeluaran belanja dicatat dalam akun belanja kemudian pada akhir tahun ditutup ke akun Ekuitas Dana Lancar. (Bandingkan dengan pengertian pendapatan dan biaya sebagai akun pembantu modal dalam akuntansi komersial).

Seluruh penerimaan dan pengeluaran pemeritah harus ada dalam anggaran artinya harus melalui atau tercantum dalam Laporan Realisasi Anggaran. Pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang merupakan unsur Laporan Realisasi Anggaran akan diakui atau dicatat pada saat kas diterima atau dikeluarkan. Pendapatan, belanja dan pembiayaan hanya mempengaruhi kas dan tidak mempengaruhi komponen lainnya dalam pos neraca pada saat penerimaan dan pengeluaran kas. Akibat perlakuan seperti ini, neraca hanya terdiri dari sisi Debet adalah Kas dan sisi Kredit adalah Ekuitas. Itupun Ekuitas muncul pada akhir periode saat pendapatan dan biaya ditutup ke Ekuitas Dana Lancar.

Perlakuan-perlakuan penerimaan dan pengeluaran dalam penerapan basis kas menuju akrual ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Jurnal Penerimaan Pendapatan:
Kas                                XXX
              Pendapatan                     XXX

Kas merupakan unsur atau akun neraca yang disebut juga dengan akun riil (real account) sedangkan pendapatan adalah unsur Laporan Realisasi Anggaran akun nominal (nominal account).
Pada saat pengeluaran kas untuk belanja dijurnal:
Belanja                           XXX
              Kas                                XXX

Kas merupakan unsur atau akun neraca yang disebut juga dengan akun riil (real account) sedangkan belanja adalah unsur Laporan Realisasi Anggaran akun nominal (nominal account).
Pada saat pengeluaran belanja untuk perolehan asset tetap misalnya berupa gedung, maka jurnalnya:
Belanja Modal                XXX
             Kas                                XXX

Seharusnya seperti di akuntansi komersial, pengeluaran untuk perolehan asset tetap (belanja modal untuk pembangunan gedung) dapat dijurnal sebagai berikut:
Gedung dan Bangunan    XXX
           Kas                                 XXX

Akun gedung dan bangunan dan akun kas merupakan akun riil (real account). Jika dilakukan penjurnalan seperti ini maka pengeluaran tersebut tidak akan mempengaruhi belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran. Perlakuan seperti ini hanya mempengaruhi akun-akun neraca. Oleh karena seluruh transaksi kas pemerintahan harus melalui Laporan Realisasi Anggaran maka pengeluaran untuk belanja modal tidak dapat dijurnal langsung ke asset yang bersangkutan, tetapi harus melalui Laporan Realisasi Anggaran terlebih dahulu.

Contoh lain, misalnya pengeluaran untuk pembayaran pokok hutang, maka jurnalnya:
Pengeluaran Pembiayaan - Pokok Hutang    XXX
           Kas                                                                 XXX

Pengeluaran uang kas untuk pembayaran hutang tidak dikredit secara langsung pada kewajiban di Neraca, melainkan dijurnal ke unsur Laporan Realisasi Anggaran yaitu pengeluaran pembiayaan untuk pembayaran pokok hutang.

Dari uraian diatas terlihat bahwa setiap pengeluaran pemerintah atau penerimaan pemerintah harus melalui Laporan Realisasi Anggaran. Oleh karena itu, penerimaan dan pengeluaran mempengaruhi unsur-unsur dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Kas di Neraca sekaligus. Jadi yang terpengaruh di Neraca hanya akun kas. Akan tetapi penerimaan dan pengeluaran uang tidak hanya mempengaruhi kas di Neraca. Pengeluaran uang untuk membayar pengadaan asset tetap yang merupakan belanja modal selain mempengaruhi kas juga mempengaruhi asset tetap yang bersangkutan dan akun pasangannya dalam kelompok ekuitas. Contohnya pengadaan asset tetap berupa bangunan tadi. Contoh lain penerimaan uang dari pinjaman akan menambah kas tetapi sekaligus juga menamba kewajiban yang harus muncul di Neraca.

Untuk itu harus ada mekanisme agar pengeluaran kas tidak hanya mempengaruhi kas tetapi juga unsure neraca lainnya yang terkait sekaligus juga masuk dalam laporan realisasi anggaran. Demikian juga halnya dengan penerimaan pinjaman yang masuk dalam Laporan Realisasi Anggaran tetapi juga harus masuk dalam kewajiban di Neraca. Mekanisme ini disebut dengan “Jurnal Korolari”. Dengan mekanisme jurnal korolari, pengeluaran belanja utuk pembelian asset tetap seperti gedung dicatat sebagai pengeluaran belanja modal tetapi tidak berhenti disitu. Agar perolehan asset tersebut muncul dalam Neraca maka perlu dibuat jurnal pendamping yang disebut jurnal Korolari. Jurnal Korolari dibuat dengan mendebet asset yang bersangkutan dan mengkredit akun Ekuitas Dana Diinvestasikan dalam kelompok Ekuitas.
Misalkan dikeluarkan belanja modal sebesar Rp100 Miliar untuk pembelian gedung maka agar dapat masuk dalam neraca dan Laporan Realisasi Anggaran harus dibuat Jurnal:
Belanja Modal                         100 M
          Kas                                              100 M

Jurnal ini akan mempengaruhi belanja modal dalam Laporan Realisasi Anggaran. Pencatatan tersebut belum masuk dalam akun asset tetap berupa gedung dan akun ekuitasnya. Untuk itu dibutuhkan jurnal korolari:

Gedung dan Bangunan            100 M
         Diinvestasikan dalam Aset Tetap   100 M

Dengan penjurnalan diatas, Pengeluaran Kas akan dicatat dalam Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran. Selain itu, akun gedung dan bangunan dalam kelompok asset tetap dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap dalam kelompok Ekuitas juga dicatat dalam jumlah yang sama.
Sebenarnya tidak ada aturan harus menggunakan jurnal korolari karena diakhir tahun dapat menggunakan jurnal penyesuaian, namun ini akan lebih sulit dikarenakan jumlah akun yang sangat banyak.

1 komentar:

  1. Betul mengunakan jurnal korolali lebih mudah penyesuaiannya kalau account2 yg digunakan banyak.

    BalasHapus